Personal

M E L E P A S

farewell
sumber dari sini

Sependek yg saya amati, jalan paling mudah — sekaligus paling berat — untuk mengingatkan bahwa semua yang kita miliki merupakan titipin adalah saat Sang Pemilik mengambilnya kembali.

Momen itu tidak bisa diduga kapan datangnya. Kadang di waktu yang “tepat”, saat kita merasa sudah merasa jenuh atau tidak sanggup mengemban titipan itu. Seperti ketika ada keluarga atau kerabat yang sudah lama menderita sakit dan tidak kunjung membaik. Atau seperti ketika akhirnya kita keluar dari satu pekerjaan, tepat saat kejenuhan dengan rutinitasnya terasa nyaris membunuh. Atau ketika gadget lama yang sudah terlalu uzur akhirnya pensiun karena jatuh dan tidak bisa dinyalakan lagi, sehingga ada alasan untuk membeli yang baru 😝😝😝

Yang lebih berat tentu saja, ketika titipan diambil di saat yang “tidak tepat”, ketika rasa sayang dan kecintaan kita tengah membuncah padanya. Yang beasiswanya melayang karena IPK tidak memenuhi target penyandang dana, padahal dari sanalah sumber biaya sekolah yang ia punya. Yang kehilangan kerja karena perusahaan gulung tikar, padahal ada keluarga yang harus dinafkahinya. Yang kehilangan modal karena rekan kerja tidak bertanggung jawab dan membawa kabur investasinya. Yang batal menikah karena tersandung restu orang tua, padahal rencana masa depan sudah terbayang di pelupuk mata. Yang keguguran saat sedang berbahagia menanti kelahiran anak pertama. Yang anak kesayangannya mendahului sang orang tua tutup usia. Yang orang tuanya meninggal saat belum bisa mengucapkan dan ‘melakukan’ terima kasih atas jasa-jasanya.

Melepas adalah keniscayaan. Bahwa sesuatu yang pernah kita anggap sebagai kepunyaan tidaklah selamanya ada. Bahwa kepemilikan ada batas waktunya. Tiada yang abadi. Kecuali Sang Pemilik Keabadian.

Leave a comment