Film & Pertunjukan · Gizi & Kesehatan

5 Alasan Mengapa Saya Menyukai Drama It’s Okay That’s Love

It’s Okay, That’s Love adalah judul drama korea favorit saya yang tayang sekitar tahun 2014. Drama ini menceritakan seorang penulis cerita misteri yang menderita skizofrenia akibat rasa bersalah karena telah memberikan kesaksian palsu di pengadilan. Kesaksian yang ditujukan untuk menyelamatkan ibunya ini menjebloskan kakaknya yang tidak bersalah ke penjara selama 13 tahun dengan tuduhan pembunuhan. Meskipun sudah lama lewat tapi drama ini benar-benar berkesan bagi saya dan seluruh episode nya masih tersimpan lengkap di hard disk notebook saya, sewaktu-waktu saya buka jika iseng ingin mencari inspirasi.

Apa saja hal-hal yang membuat drama ini worth to watch? Berikut adalah beberapa di antaranya menurut saya.

Tema & Pesan Moral
Saya sangat suka cerita, film, atau drama yang menggali suatu tema atau profesi tertentu, terutama kedokteran atau detektif. Jadi tidak melulu perkara cinta-cintaan yang dibahas. Dengan menikmatinya, saya juga bisa menambah pengetahuan. Semacam belajar dengan cara yang lebih menyenangkan.

Drama ini mengetengahkan kisah dunia psikiatri yang menurut saya sangat menarik. Paling tidak ada beberapa kondisi dan gangguan mental yang sekilas saya pelajari, yaitu Tourette syndrome, conduct disorder, obsessive-compulsive disorder, anxiety disorder, psikosis, skizofrenia, depresi, disosiasi, delusi dan trauma. Lainnya saya agak lupa. Saya juga belajar bahwa pikiran dapat mengontrol tubuh kita, karena itu kita perlu hati-hati dengan apa yang kita pikirkan.

a patient seeing non existant baby
a patient seeing a non exist baby

Menyusun naskah drama ini pastinya perlu riset dan masukan dari pakar. Artinya, ada effort yang besar dari tim di balik layarnya untuk menampilkan sebuah tontonan yang berkualitas. Drama ini sungguh bukan hanya menjadi sekedar hiburan, tapi juga sarana pendidikan.

Salah satu hal yang sangat saya sukai dari drama ini adalah, pesan atau idealisme yang disampaikan, bahwa mental disorder, termasuk skizofrenia, bisa disembuhkan dengan keinginan kuat dari penderitanya dan bantuan profesional (psikiater). Saat ini masyarakat masih menganggap skizo, atau yang umumnya disebut sebagai “gila”, adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan penderitanya harus diasingkan. Saya masih ingat saat kecil, di kampung dulu orang yang mengalami kelainan kejiwaan semacam ini akan dikerangkeng atau dipasung dan diasingkan dalam suatu ruangan terpisah. Meskipun demikian, praktik pemasungan sekarang sudah dilarang dan penderitanya dianjurkan untuk mendapat perawatan di rumah sakit.

Dalam drama ini, dijelaskan juga bahwa salah satu penyebab kelainan jiwa adalah trauma akibat kekerasan dalam rumah tangga. Bagi anak-anak, perlakuan kekerasan yang mereka saksikan atau bahkan alami di masa kecil dapat menjadi trauma yang membekas hingga dewasa. Di sini disampaikan kritik tentang masih abainya masyarakat terhadap KDRT, seperti yang diungkapkan dalam salah satu cuplikan dialog berikut:

Saat aku dan ibuku dipukuli oleh ayah tiriku, orang-orang mengatakan hal ini, “Itu urusan rumah tangga orang lain.” Tidak ada seorang pun yang ikut campur (untuk menolong). – Jang Jaeyul kepada Ji Haesoo

Drama ini bukan sekedar hiburan, tapi juga edukasi dan kritik sosial yang disampaikan dengan cara elegan. Bagian yang tidak saya setuju adalah, kehidupan bebas yang ingin dipotret oleh penulis dan sutradaranya, like sex before marriage is not a big deal.

Alur cerita yang kuat
Cerita mengalir dari pertemuan yang tidak disengaja antar para tokoh utama, beberapa kali kilas balik untuk mengurai masa lalu para tokoh, konflik yang mengguncang hingga klimaks yang menguras air mata, kemudian disusul dengan resolusi dan ending yang tidak terlalu mengecewakan. Selain itu, sentuhan komedi di sana-sini membuat menonton drama ini sangat menyenangkan.

one of the heart breaking moment in It's Okay It's Love: Dr. Jo Dongmin realizes that Jang Jaeyeol knew the real culprit
One of the heart breaking moment in It’s Okay It’s Love: Dr. Jo Dongmin realizes that Jang Jaeyeol knew who’s the real culprit

Karakter tokoh
Selain alur cerita, para tokoh dalam drama ini juga memiliki karakter yang kuat. Ada satu quote yang menurut saya sangat menggambarkan karakter para tokohnya secara jamak.

“Kita sepakat untuk menciptakan dunia dimana orang-orang dapat saling percaya dan belajar untuk bersandar satu sama lain. Kita sepakat bahwa sebagian besar kelainan mental dilahirkan dari ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan baik…” – Jo Dongmin kepada Ji Haesoo

Saya juga suka dengan penggambaran tokoh yang sangat manusiawi dengan kesalahan-kesalahannya (yang mungkin tidak bisa dikategorikan sebagai kejahatan). Satu-satunya tokoh yang melakukan kejahatan adalah mantan kekasih Jang Jaeyeol yang memplagiat novelnya.

Satu poin yang saya sesalkan adalah, hampir semua tokoh (terutama tokoh utama) setuju dengan sex before marriage.

Akting
Para pemeran dalam drama ini, menurut saya sukses membawakan karakter yang diperankannya. Mereka memunculkan emosi tokoh dengan baik. Marahnya, takutnya, bahagianya, gelisahnya, penasarannya, kecewanya, keraguannya, dan simpatinya. Lima pemeran utama, Jo Insung, Gong Hyojin, Sung Dongil, Lee Kwangsoo, dan Do Kyungsoo masuk dalam list aktor aktris yang saya sukai. Mereka berlima berakting sangat natural dan meyakinkan.

jo insung acts as schizophrenic patient
jo insung acts as schizophrenic patient

Selain itu, salah satu yang saya perhatikan adalah penampilan fisik. Saya agak geli melihat make up dan hair do yang berlebihan, tapi bagusnya semua terlihat natural di sini. Entah memang make up ya bagus atau teknik pengambilan dan penyuntingan gambarnya yang bagus.

Soundtract 
Beberapa OST yang sangat noticeable dan membangkitkan emosi, sampai tahap saya mencari judul dan penyanyinya dan mendengarkannya sesekali, adalah It’s okay that’s love (Davichi), Hero (Family of the Year), dan Best Luck (Chen). Mulai dari yang momen yang heart breaking hingga encouraging, ketiga lagu ini sangat pas mengiringi adegan-adegan dalam drama.

Itulah 5 alasan utama saya menyukai drama ini. Ada ide lain? Please share.

Sekian.

13 thoughts on “5 Alasan Mengapa Saya Menyukai Drama It’s Okay That’s Love

  1. Setuju deh sama yusti, adegan favorit adalah pas Hae Soo debat sama Jae Yul di TV, quotenya Hae Soo ngena. Sama yg pas temennya Hae Soo yang sakit skizofrenia sakitnya kambuh dan suaminya coba nyelametin, duuh terharu. Tema psikologi lagi in ya di drakor cuma aku suka malas kalau dramanya kebanyakan* namanya juga drama fik, tapi yang paling ngena baru drakor ini sih. Gong Hyojin jagoan deh kalau milih peran, cerdas :). OST , T =track ? hehe, apa itu british?. Aku malah suka lagu jadulnya, kaya you’re my best friend, cross my mind, hero juga sih..

    Like

    1. Iya pik, menurut aku dialognya cerdas dan sarkas, ga kaya drama2 biasanya. Intinya aku suka banget sama interaksi 4 orang roommates itu.
      Aku juga udah males ngintip2 drakor, termasuk yg psikologi-psikiatri. Lama2 jenuh, apalagi kalo yg akar masalahnya adalah masa lalu. Tapi drama ini biar pun akarnya juga masa lalu, aku ga capek nontonnya karena cara menceritakannya realistis dan ga dramatis lebay.
      OST original sound track fik. Aku juga suka lagu2 jadulnya, walaupun sejujurnya aku baru tau ya pas nonton ini. Yg paling ngena kebetulan Hero. Tapi overall menurut aku music director-nya kece banget mengawinkan momen dan musik pengiringnya.

      Like

      1. Iya, aku jadi penasaran penulis skenarionya ini siapa ya,risetnya warbisayak pasti ini dramanya..soalnya lumayan dalem sih dan terasa plotnya masuk akal. Nonton Kill Me Heal Me ga yus? dominan drama apa psikologinya? aku cuma denger aktingnya Ji Sung bagus, tapi ga dapet daesang masa katanya..penasaran tapi nanti aja nontonnya. Sejauh ini suka drama ini sama Misaeng, kamu nonton Misaeng ga? itu drama baguus.. oia sama Lets Eat tapi baru nonton season 2, katanya Lets Eat season 1 lebih oke tapi susah cari link downloadnya…

        Like

      2. Aku nonton kill me heal me tapi ga sampe selesai, keburu bosen karena dominan dramanya. Jisung nya bagus, tapi make up nya keliatan banget jadi aku ilfil dan males nonton lagi. Ada juga Hyde Jekyll tapi aku ga minat nonton sama sekali, bau2nya lebih drama dari kill me heal me hihi. Misaeng belum nonton pik, Let’s it juga belum.

        Like

      3. yah, ga akan kutonton deh kalau gt kill me heal me, misaeng bagus karena lumayan realistis, walaupun sebel liat para pekerja disana mesti banget minum kalau pulang ngantor…hehe

        Like

      4. Korean kan emang suka minum2 dan mabok2 pik, hihi. Itu salah satu sisi negatifnya mereka juga ya.
        Btw Reply series juga worth to watch, mereka realistis juga dan aku suka bahasan ttg keluarganya. Sekarang udah 1988.

        Like

      5. Reply 92 (eh apa 94 ya?) bagus ya yus?, aku cuma nonton 97 aja, iyaa kalau udah 88, zaman kita masih belum lahir ya..kalau nonton lets eat itu, keliatan kalau orang korea itu sama kaya orang sunda, suka lalapan 🙂

        Like

  2. Aku gatau :|. Sejak lulus dan ga ngekos brg kalian udah ga apdet gituan lagi. Ahaha. Sip.. List tambahan minta ke yusti :p

    Like

  3. Pengganti rete lah. Dulu kan aku ngopi dari rete mulu. Hahaha. Justru itu yus.. Aku ga doyan kalo cengeng kaya kebanyakan.. 😀

    Like

  4. Aku udah gapernah nonton drama korea lagi :3
    Terakhir ditonton itu film Producer yg cuman 12episode… Udah males donlot, palingan nonton onlen, tapi itupun kalo jaringan lagi bagus…

    Like

Leave a comment